NU Harus Berada Di Atas Negara
Saya bersama teman-teman PBNU sowan KH A Mustofa Bisri, memohon pesan dan wasiat, beliau mengatakan, “NU harus berada di atas negara”.
GUSYAHYA.ID – Saya ingin menyampaikan beberapa hal yang mendasar; pertama, sudah sejak awal saya bersama teman-teman PBNU mencanangkan agenda-agenda strategis yang sangat mendasar yang, kalau disarikan mencakup dua matra agenda besar, yaitu positioning dan konsolidasi.
Repositioning artinya menata kembali kedudukan NU sebagai satu kesatuan di tengah berbagai macam elemen masyarakat yang lain, maupun kedudukan dari berbagai macam komponen di dalam NU satu sama lain.
Saya bersama teman-teman PBNU sowan KH A Mustofa Bisri, memohon pesan dan wasiat, beliau mengatakan, “NU harus berada di atas negara”.
Pesan dari Mustasyar PBNU itu mengandung pengertian bahwa NU harus mendudukkan kepentingannya, mengatasi berbagai macam kepentingan parsial yang ada di negara ini. Supaya NU mampu terus berkontribusi untuk menyangga keutuhan bangsa dan negara ini.
Jadi kalau di bawah negara saja tidak boleh, apalagi cuma di bawah partai, tidak boleh. Nah, ini penting untuk dipahami.
Baca Juga Tetaplah dalam Disiplin Barisan
Selain itu, kita akan menata ulang komponen, karena keragaman komponen di NU ini ada banyak sekali, baik lembaga-lembaga, banom-banom dan lain sebagainya, kedepannya akan kita tata ulang.
Tata Kelola Organisasi
Setelah itu, kita melakukan konsolidasi dengan tiga matra utama: Pertama, matra tata kelola organisasi yang menyangkut berbagai macam mekanisme regulasi, prosedur dalam pembuatan keputusan, dan metode atau model administrasi.
Pada tanggal 1 Agustus 2024 lalu, kami meluncurkan platform digital untuk persuratan NU. PBNU hari ini, sedang membangun satu platform digital yang akan menjadi platform raksasa untuk semua urusan terkait dengan NU. Semuanya akan ditampung dalam satu platform digital yang akan kita sebut dengan nama “Digdaya NU” untuk mengurusi persuratan.
Digdaya persuratan akan digunakan di seluruh lingkungan NU. Sekarang tidak ada lagi kertas, karena semua dilakukan melalui platform digital. Terkait dengan ini, platform Digdaya NU akan ditetapkan sebagai model administrasi yang merata di seluruh cabang di Indonesia, paling lambat rampung di penghujung tahun 2024.
Agenda Organisasi
Kedua, matra agenda organisasi. Matra ini menyangkut satu desain, satu rancangan nasional yang terkonsolidasi mulai dari pusat sampai ke daerah.
Dalam Rapat Pleno kemarin, PBNU telah mengesahkan apa yang disebut Rancangan Strategis Nasional Nahdlatul Ulama sampai tiga tahun ke depan (2024-2027). Ini adalah bagian dari fungsi baru yang kita kembangkan untuk LAKPESDAM, yaitu menjadikan LAKPESDAM lebih dari sekadar apa yang selama ini digambarkan di dalam AD/ART, tapi kita tambahkan fungsi baru agar LAKPESDAM ini berfungsi seperti BAPPENAS-nya pemerintah untuk NU.
Baca Juga Reformasi Madrasah #2: Mungkinkah Madrasah Menerima Murid dari Semua Agama?
Jadi, kita sekarang punya BAPPENU (Badan Perancangan Pembangunan Nasional Nahdlatul Ulama) yang dilaksanakan oleh LAKPESDAM. Dan sudah jadi renstra-nya kemarin, dan baru tadi malam saya membuka KONFERWIL PWNU Jawa Timur, dan sebelum itu panitia dan PBNU Jawa Timur telah berkoordinasi supaya materi untuk program PWNU Jawa Timur disesuaikan dengan renstra yang telah dihasilkan oleh BAPPENU ini.
Maka sesudah ini, perintah saya yang pertama kepada PBNU Jawa Tengah yaitu untuk segera berkoordinasi dengan LAKPESDAM PBNU untuk merancang bagaimana menurunkan renstranas menjadi renstra provinsi dan kemudian dibahas di dalam Raker PWNU Jawa Tengah.
Kemudian dilanjutkan prosesnya untuk mensupervisi breakdown dari renstra provinsi menjadi renstra kabupaten/kota atau cabang, dan harus menjadi proses yang terus berkelanjutan. Dan kita sesuaikan satu sama lain sehingga semua koheren itu mutamasik (tidak printal-printil), tetapi semuanya menjadi satu bagian sistematis dari rancangan yang terkonsolidasi.
Baca Juga Reformasi Madrasah #1: Kegelisahan Paradigmatik Ihwal Pendidikan Islam
Konsolidasi Sumber Daya
Matra yang ketiga adalah matra konsolidasi sumber daya, yaitu menyangkut sumber daya manusia dan sumber daya pembiayaan. Banyak hal tentang konsolidasi sumber daya pembiayaan ini yang sudah didengar masyarakat, termasuk soal konsesi tambang bahwa NU menerima konsesi tambang dan itu merupakan hasil rapat PBNU. Jadi, bukan kebutuhan dan keputusan Yahya sendiri.
Nah, kalau ada yang tidak setuju, sampeyan nanti Muktamar, sampeyan ganti saja PBNU-nya. Suruh PBNU yang baru mengembalikan konsesinya.
Persoalan konsesi tambang sudah menjadi hasil rapat kita bersama, maka akan kita kerjakan, dan sudah kita proses perizinannya. Insyaallah mudah-mudahan dalam waktu dekat kita sudah bisa menerima hasilnya. Tentu saja dengan ada berbagai macam norma yang sudah ditetapkan di dalam tata cara pengelolaan konsesi tambang itu sendiri.
Dalam sumber daya manusia, kita sudah bangun sistem pendidikan kaderisasi berjenjang. Kita sudah tetapkan desain untuk Akademi Kepemimpinan Nasional NU yang akan dibuka untuk siapa saja yang sudah lulus PMKNU dan akan diseleksi dengan standar internasional.
Misalnya, persyaratan bagi peserta AKN NU, Toefl minimal 650 dan diutamakan memiliki kapasitas Bahasa Arab karena kita sedang membangun satu visi tentang NU yang tidak hanya meliputi kapasitas dalam dimensi domestik atau nasional, tapi juga dalam dimensi internasional.
Baca Juga Selamat Datang di Negeri Ahlussunnah wal Jamaah
Karena, kenyataannya sekarang NU sudah hadir, sudah berperan, sudah mendapatkan pengakuan secara internasional, dan semakin banyak entitas dari penjuru internasional memburu kerjasama dengan NU. Maka semua orang dalam kepemimpinan tertinggi NU harus memahami ini.
Semua hal yang sudah dirancang dan dilaksanakan PBNU ini merupakan transformasi yang menyangkut aspek mendasar dari kehidupan berjamiyah. Mulai dari mindset atau cara berpikir, cara bekerja, kebiasaan-kebiasaan, sampai dengan pola hubungan dengan berbagai pihak.
Maka, sejak awal saya sudah menyadari bahwa agenda-agenda besar ini akan membawa konsekuensi termasuk kontroversi bahkan konflik karena kita memperkenalkan hal-hal yang baru dalam persoalan ini.
Visi NU
Bahkan saya sudah pamit kepada KH A Mustofa Bisri karena saya tahu hal ini pasti akan menimbulkan berbagai konsekuensi yang mungkin untuk sebagian pihak menggelisahkan, apalagi di tengah-tengah konstelasi dengan berbagai kepentingan terhadap NU.
Berbagai pihak juga membuat manuvernya sendiri-sendiri. Ada yang terang-terangan kepengin nyaplok NU, ada yang membangun macam-macam instrumen penggoyah dan lain sebagainya.
Baca Juga Apakah Fatwa Perlu Diikuti?
Semua ini harus kita hadapi karena kita ingin membangun visi supaya keseluruhan komponen NU, mulai dari strukturnya, banomnya, pesantren-pesantrennya, madrasah-madrasahnya, komunitas-komunitasnya supaya menjadi satu ekosistem yang koheren atau tersambung satu sama lain.
Alhamdulillah, sekarang banomnya sudah mutamasik bersama dengan NU. Muslimat, Ansor, Fatayat, IPNU, IPPNU, dan yang lain-lainnya. Kita inginkan supaya kedepannya, NU bisa bergerak sebagai satu kesatuan sebagaimana yang secara eksplisit ditegaskan oleh KH Hasyim Asy’ari dalam Mukadimah Qonun Asasi-nya.
Kemudian dalam prosesnya, saya maklum ketika ada kontroversi, ada pertentangan macam-macam, karena masyarakat kita juga berbagai macam. Namun, saya tidak berkecil hati, orang NU itu bisa berbeda pendapat sampai begitu kerasnya tapi tidak akan lepas NU-nya sampai kapan pun. Kita boleh saling berbeda, tapi jangan sampai keterusan, jangan sampai menuruti nafsu untuk saling mencaci-maki.
Kalau di antara sampeyan ada yang ingin mencaci maki atas apapun, contohnya yang pro-ba’alawi ingin mencaci-maki yang anti-ba’alawi atau sebaliknya, maka caci-maki saya saja.
Apa boleh buat karena saya sudah memperkirakan risiko sejak awal. Bahwa akan ada banyak hal seperti ini berkembang. Kita semua bersandar kepada Allah Swt. mudah-mudahan semua ini bisa kita lewati dengan baik dan semua hal baik yang menjadi maksud kita, semuanya dapat tercapai dengan baik. Aamiin Ya Rabbal ‘Aalamin.