Reformasi Madrasah #1: Kegelisahan Paradigmatik Ihwal Pendidikan Islam

GUSYAHYA.ID – Saya punya beberapa pandangan tentang pendidikan. Hingga saat ini, pendidikan di kalangan muslim masih menghadapi dua jenis kesenjangan yang mendasar. Pertama adalah kesenjangan paradigmatik, yaitu perbedaan asumsi dasar tentang pendidikan itu sendiri.
Kedua adalah kesenjangan teknologi, yang terkait dengan alat dan metode yang digunakan dalam praktik pendidikan, mulai dari model organisasi dan manajemen hingga aspek teknis lainnya.
Selain itu, ada masalah yang muncul sebagai akibat dari cara kita merespons kesenjangan tersebut, yang juga perlu kita pikirkan.
Apa itu kesenjangan paradigmatik? Ini cukup kompleks. Kesenjangan ini muncul dari perubahan besar dalam peradaban yang dialami dunia, termasuk komunitas muslim.
Baca Juga
Dahulu, pendidikan di kalangan muslim berfokus pada pendidikan syariah, yang menjadi paradigma selama ratusan tahun. Pendidikan syariah ini mencakup semua aspek kognitif dan non-kognitif, meliputi semua dimensi mental dan kemanusiaan.
Jika kita mengaitkan hal ini dengan tradisi asli di Indonesia, yang dahulu disebut Nusantara, kesenjangan ini semakin kompleks karena berkaitan dengan asumsi-asumsi kultural. Dahulu, kita memiliki paradigma pendidikan yang sangat berbeda dari yang kita kenal sekarang, dan perubahan ini membuat kita kesulitan menghadapi tuntutan masa kini karena bayang-bayang paradigma tradisional yang masih kuat.
Semua kesenjangan ini muncul karena perubahan besar dalam peradaban ketika dunia, termasuk dunia Islam, berada di bawah dominasi peradaban Barat. Dulu, dunia Islam dan Barat bersaing sengit, misalnya antara Turki Usmani dan kerajaan-kerajaan Kristen Eropa, serta antara masyarakat Hindu di India dan Dinasti Mughal.
Baca Juga Perburuan Diaspora NU
Hasil dari persaingan ini adalah dominasi Barat, yang terasa semakin kuat setelah kekalahan Turki Usmani dalam Perang Dunia I. Namun, pengaruh Barat sudah terasa jauh sebelum itu.Pendidikan menjadi salah satu tema utama dalam merespons penetrasi peradaban Barat ke dunia Islam.
Akhir abad ke-19 muncul gerakan yang menekankan pentingnya wawasan baru di dunia Islam, dengan topik utama adalah pendidikan. Contohnya adalah gerakan yang dipelopori oleh Jamaluddin Al-Afghani, yang diikuti oleh Rasyid Ridho dan Muhammad Abduh, sebagai respons terhadap penetrasi Barat dan kesadaran bahwa dunia Islam kalah dari segi pengaruh.
Di Indonesia, inisiatif untuk mencari model pendidikan baru sudah muncul sejak awal abad ke-20. Misalnya, Pemerintahan Hindia-Belanda menerapkan politik etis, salah satunya memberikan pendidikan ala Barat kepada pribumi, seperti mendirikan MULO dan sekolah kedokteran yang kemudian melahirkan Budi Utomo pada tahun 1908.
Baca Juga
Ini adalah contoh penetrasi pendidikan Barat yang menciptakan kegelisahan di kalangan pemimpin Nusantara, termasuk para Keraton yang merasa bertanggung jawab atas tradisi Nusantara.
Awal abad ke-20, ada inisiatif dari Keraton Jogja dan beberapa Keraton Islam lainnya untuk mengirim kader mencari model pendidikan baru sebagai respons terhadap penetrasi Barat. Muhammad Darwis dikirim ke Mekkah untuk belajar dengan Syekh Khotib Al-Minangkabawi, dan mempelajari reformasi pendidikan Islam. Sepulangnya, ia mendirikan Muhammadiyah untuk mereformasi pendidikan di Nusantara, mengadopsi model pendidikan Barat tetapi dengan konten Islam dan tradisi Nusantara.
Itulah sebabnya saya tidak percaya bahwa Muhammadiyah didirikan untuk membuat madzhab baru. Setelah pulang dari Mekkah, Muhammad Darwis yang berganti nama menjadi K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah dengan tujuan mengadopsi sistem pendidikan Barat tetapi dengan konten yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dan tradisi Nusantara. Misalnya, mendirikan sekolah Muallimin di Jogja untuk mendidik guru-guru agama di sekolah-sekolah Muhammadiyah.
Jadi, ketika kita bicara tentang sistem pendidikan nasional, terutama di kalangan umat Islam, Muhammadiyah adalah pionir yang merespons penetrasi Barat dengan cara mengadopsi sistemnya tetapi mengolah kontennya agar sesuai dengan nilai-nilai Islam dan tradisi kita.
Pidato Gus Yahya di acara Islam Peradaban: Masa Depan Pendidikan Islam