Ide

9 Energi Kultural Raksasa

GUSYAHYA.ID – Festival Tradisi Islam Nusantara, yang kita maksudkan sebagai pengenalan, identifikasi atas kekuatan tradisi yang kita warisi selama ini, yang menyediakan energi kultural raksasa untuk kita. Sehingga kita mampu berkembang sampai sebesar ini.

Saya mengorder kepada Pak Eric Thohir dan Bu Yenny Wahid ini sebagai Ketua Panitia (Steering Commitee) dan Panitia Pelaksana (Organizing Commitee) peringatan Harlah Satu Abad Nahdlatul Ulama untuk membuat rangkaian kegiatan-kegiatan yang bukan hanya menggambarkan capaian-capaian Nahdlatul Ulama selama satu abad ini, tetapi juga menggambarkan apa saja yang sedang kita rancang untuk kita laksanakan memasuki abad kedua Nahdlatul Ulama.

Dari hasil perenungan, pertimbangan dan diskusi yang dilakukan, kami kemudian merancang serangkaian kegiatan, berupa 9 macam kegiatan, yang kami sebut sebagai 9 kluster kegiatan.

Kegiatan ini semua menggambarkan, sekali lagi, bukan hanya capaian-capaian yang kita miliki selama satu abad ini, tetapi juga pokok-pokok agenda yang akan kita laksanakan ke depan nanti.

Kami menggelar apa yang kami sebut sebagai inisiasi strategi gerakan perempuan NU yang kemudian dipinjamkan istilah dari Bahasa Inggris menjadi “NU Women”. Kemudian kemarin saya usulkan juga untuk dibuatkan untuk istilah Bahasa Arab, “Nisaunnahdhoh”, kalau perlu istilah Bahasa Jawa, “tiang estri ingkang gumregah”, dan bahasa-bahasa daerah lainnya.

Baca Juga Mbulet

Tapi pada pokoknya, kita ingin menginisiasi suatu model strategi untuk membangkitkan kembali gerakan perempuan Nahdlatul Ulama. Ini adalah suatu yang vital, karena kita ingin membangun strategi terkait dengan peradaban dan, mau tidak mau, dalam rangka itu kita dituntut juga untuk mampu melakukan sejumlah transformasi yang mendasar di dalam masyarakat, termasuk transformasi wawasan sampai dengan transformasi pola pikir dan mentalitas masyarakat.

Untuk mendorong transformasi-transformasi tersebut, strategi apapun yang hendak kita rancang, kita tidak bisa memiliki pilihan lain, selain harus menempatkan perempuan di garis depan. Karena perempuan adalah ibu. Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.

Kami menggelar apa yang kita sebut sebagai “NU Tech” atau NU Teknologi, yang berarti kesiapan kami untuk menyerap teknologi dan memanfaatkannya, menguasinya, menggunakannya untuk secara strategis mewujudkan kemaslahatan di masa depan.

Kami menggelar kegiatan PORSENI NU (Pekan Olaharga Seni Nahdlatul Ulama), bukan soal kompetisinya, bukan soal mencari bakat olahraga terutama yang menjadi tujuan utama kami. Memang, kami berharap bahwa dari kompetisi itu akan kita temukan para atlet bertalenta. Tapi yang terpenting lagi adalah menciptakan suatu platform, suatu wahana yang bisa kita jadikan wadah untuk melakukan konsolidasi dari sekian banyak lembaga-lembaga pendidikan yang kita miliki.

Baca Juga Indonesia; Sumber Inspirasi

Kita punya lebih dari 26.000 madrasah dan sekolah, lebih dari 30.000 pesantren-pesantren, ratusan perguruan tinggi dan lain sebagainya. Porseni NU ini akan menjadi wahana untuk menyambungkan lembaga-lembaga tersebut satu sama lain untuk kita konsolidasikan menjadi suatu strategi pengembangan yang lebih dinamis untuk perkembangan kedepan.

Kami menggelar kegiatan yang merupakan inisiasi strategi pengembangan kapasitas ekonomi Nahdlatul Ulama dengan membentuk jaringan badan-badan usaha milik Nahdlatul Ulama. Jadi, ini memang, kami ingin menyaingi Pak Eric Thohir, kalau ada BUMN, di sini kami memiliki BUMNU (Badan Usaha Milik Nahdlatul Ulama).

Kami juga menggelar Festival Tradisi Islam Nusantara, yang kita maksudkan sebagai pengenalan, identifikasi atas kekuatan tradisi yang kita warisi selama ini, yang menyediakan energi kultural raksasa untuk kita. Sehingga kita mampu berkembang sampai sebesar ini.

Lebih dari itu, kita ingin membangun suatu narasi, bahwa merawat warisan saja tidaklah cukup, kita harus mampu membangun inisiatif-inisiatif baru, kreasi-kreasi baru, nilai-nilai agama, di manapun juga dalam sejarah selalu diinternalisasikan ke dalam masyarakat melalui kendaraan tradisi.

Baca Juga Agenda Super-Prioritas NU

Barangsiapa menguasai tradisi sebagai kendaraan bagi nilai-nilainya, dialah yang memenangkan peradaban. Maka kita dituntut untuk membangun tradisi dari masa depan, agar kita menjadi pemenang di masa depan.

Kami menggelar kegiatan forum para pemimpin agama-agama di seluruh dunia, karena kami ingin menggalang, mengkonsolidasikan kekuatan-kekuatan agama ini sebagai kekuatan pendamai, sebagai kekuatan yang menyediakan solusi bagi masalah-masalah dunia dan tidak menjadi bagian dari masalah. Maka kami gelar forum “R20” (Religion Twenty).

Kami nanti juga akan menggelar satu forum khusus untuk para ulama. Karena kita juga dituntut untuk mampu menggalang kekuatan para ulama dari seluruh dunia Islam untuk bangkit bersama-sama memberikan kontribusi yang konstruktif kepada dunia atas nama Islam. Maka kami gelar insya Allah nanti “Muktamar Internasional Fiqih Peradaban” yang pertama.

Kami juga terpaksa menggelar Resepsi Akbar Puncak Peringatan Harlah Satu Abad Nahdlatul Ulama ini, yaitu dengan menggelar satu upacara peringatan secara cukup kolosal, insya Allah, di Stadion Delta Sidoarjo pada tanggal 7 Februari mendatang.

Baca Juga Rumusan Cita-cita Peradaban Dunia

Saya katakan kami terpaksa menggelarnya, bukan karena kita mau hura-hura, tapi karena kami harus memenuhi, memberikan saluran, bagi semangat warga yang begitu begitu besar untuk ikut serta memuliakan Satu Abad Nahdlatul Ulama ini.

Saya teringat, terngiang-ngiang di telinga saya, wasiat dari guru saya, Allahu Yarham KH Maimoen Zubair, bahwa kita ini tidak punya maqom untuk membuat amal sendiri, maqam kita adalah bertabarruk, mengambil barokah, dari para ashhabul karomah (para pemangku keramat) yang telah menghadirkan warisan-warisan besar yang mulia untuk kita semua.

Itulah sebabnya, malam ini, kami menggelar apa yang kita sebut sebagai Malam Anugerah Satu Abad Nahdlatul Ulama. Kesempatan bagi kami untuk bertabarruk, mengambil barokah, kepada para pemangku keramat Indonesia. Kami ingin bertabarruk, mengambil barokah dari Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, kami ingin ngalap barokah kepada Ir H Ahmad Soekarno, kami ingin ngalap barokah kepada pesantren-pesantren tua yang sudah lebih dari satu abad.

Maka Bapak Ibu sekalian yang saya hormati, saya ingin mengajak kita semua dan seluruh warga Nahdlatul Ulama untuk memohon semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala ridho dan berkenan membagikan berkah raksasa ini untuk setiap orang di antara kita. Amiin.

Wallahul muwwafiq ilaa aqwaamith thaariq

Wassalamu’alaikum warrahamatullahi wabarakatuhu

*Sambutan KH Yahya Cholil Staquf di Anugerah Satu Abad Nahdlatul Ulama

Related Articles

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button