Ide

Forum R20: Akhiri Antagonisme dan Potensi Konflik di Antara Agama-agama

GUSYAHYA.ID – Antagonisme itu mengendap menjadi kemapanan dari pola hubungan antar agama di seluruh dunia dan merembes dalam konsepsi masing-masing agama.

Hari ini kita masih mewarisi realitas kenyataan bahwa dari berbagai macam kelompok yang berbeda-beda masih ada riwayat dan wajah antagonisme yang dipicu oleh agama. Kita melihat di seluruh belahan dunia, kita seolah-olah mewarisi keadaan terkunci karena permasalahan-permasalahan yang dilakukan oleh agama. Antagonisme itu mengendap menjadi kemapanan dari pola hubungan antar agama di seluruh dunia dan merembes dalam konsepsi masing-masing agama.

Kita perlu mengambil tanggung jawab untuk mencari jalan keluar dari keadaan ini (antagonisme dan konflik), kita perlu melakukan upaya-upaya untuk mengurai keadaan saling kunci, mengurai great locks ini. Karena great locks inilah yang terus menerus menjadi api dalam sekam, sehingga di manapun dan kapanpun muncul suatu dorongan untuk munculnya pertentangan di antara kelompok agama berbeda.

Unsur-unsur di dalam wawasan keagamaan masih dengan mudah dipergunakan untuk mendorong hubungan yang semakin buruk di antara kelompok agama yang berbeda-beda. Maka kita perlu untuk sama-sama berupaya agar potensi konflik yang dirujukkan kepada pemahaman dan wawasan keagamaan ini segera berakhir.

Mungkin anda juga suka

Kita perlu membangun upaya bersama dengan pertama-pertama mengidentifikasi dan menyepakati nilai-nilai apa saja yang kita semua sudah saling berbagi kita semua sama-sama memegangi sebagai nilai-nilai bersama di antara agama-agama yang berbeda. Ini akan menjadi rujukan dasar bagi kita semua untuk berjuang bersama, menjadi alasan bagi kita semua untuk bekerja sama, karena kita memiliki nilai-nilai bersama yang kita sepakati bersama.

Tapi kita tahu dan tidak perlu mengingkari, bahwa masih ada, karena kita memang berangkat dari sistem nilai yang berbeda-beda, masih ada unsur-unsur di dalam sistem nilai masing-masing agama yang mungkin bisa digunakan sebagai pembenaran untuk hubungan yang antagonis di antara umat yang berbeda agama.

Maka kita perlu berpikir tentang nilai-nilai apa saja yang perlu kita pegangi bersama, yang kita butuh berbagi di antara kita, supaya kita bisa meneruskan hidup saling berdampingan secara damai tanpa terus menerus dibayangi oleh potensi konflik hanya karena ada rujukan-rujukan di dalam unsur-unsur wawasan keagamaan kita yang bisa digunakan untuk mendorong antagonisme dan konflik.

Mungkin anda juga suka

Bila mana perlu masing-masing komunitas beragama, perlu mengupayakan suatu peninjauan ulang terhadap wawasan keagamaan di lingkungan agama masing-masing dan apabila di dalam wawasan keagamaan itu masih terdapat unsur-unsur yang bisa menghalangi koeksistensi damai di antara tokoh agama berbeda, kita harus memiliki keberanian untuk memikirkan interpretasi-interpretasi baru terhadap wawasan keagamaan ini agar hidup berdampingan secara damai lebih memungkinkan bagi kita semua.

Gereja Katholik sudah pernah melakukan itu, di dalam Vatikan II dihasilkan keputusan-keputusan keagamaan yang mendorong umat Katholik untuk bisa lebih menghargai kelompok dari agama yang berbeda dan lebih mampu untuk menerima kehidupan bersama tanpa pertentangan.

Kita juga mengetahui bahwa belum lama ini, pada tahun 2016, satu komunitas Yahudi yaitu Yahudi Masorti telah menyelenggarakan satu forum di antara para rabbi dan menghasilkan satu dokumen yang sangat inspiratif bagi kita semua dalam hal menjamin hubungan yang lebih baik dan lebih harmonis di antara umat beragama, yaitu keputusan yang disebut sebagai dokumen teks Shuvah yang jujur dan berani melihat ke dalam wawasan keagamaan judaisme atau Yahudi untuk mendorong agar faham judaisme ini dikembangkan dengan wawasan yang lebih menerima penghargaan atas kesetaraan umat manusia dan harmoni di antara kelompok-kelompok yang berbeda.

Mungkin anda juga suka

Demikian juga Nahdlatul Ulama di Jawa Barat Indonesia dan sebagai hasil dari konsensus ulama tersebut disepakati suatu wawasan yang merupakan rekontekstualisasi dari pemahaman tentang ajaran-ajaran Islam dengan mengatakan bahwa kategori “non-muslim”, “kafir”, dan “infidel” tidak lagi relevan dalam konteks negara-bangsa modern karena setiap warga negara harus setara di hadapan hukum.

Perbedaan latar belakang apapun, termasuk perbedaan latar belakang agama tidak boleh dijadikan diskriminasi dalam bentuk apapun juga. Ini semua adalah upaya-upaya yang sudah dilakukan di antara komunitas agama yang berbeda-beda. Kita ingin membawa semangat ini untuk menjadi semangat yang lebih luas secara universal mengajak seluruh komunitas beragama secara global untuk ikut di dalam semangat ini membangun gerakan bersama untuk mengakhiri potensi antagonisme dan konflik di antara komunitas agama-agama.

Apabila kita berhasil maka agama-agama akan meraih posisi moral yang kuat untuk menyeru kepada seluruh dunia, menyeru kepada kemanusiaan untuk menerima rujukan-rujukan nilai-nilai spiritual, nilai-nilai moral dari agama-agama agar dimasukkan, agar dirembeskan, agar diadopsi di dalam dinamika global, baik dalam struktur ekonomi global maupun dalam struktur politik global agar kita semua seluruh kemanusiaan kemudian bergerak bersama-sama menuju masa depan yang mulia bagi semua orang. Apakah ini mungkin?

Mungkin anda juga suka

Bapak ibu sekalian yang saya hormati,

Lebih 77 tahun yang lalu di Jakarta, tokoh-tokoh, pemimpin-pemimpin dari berbagai kelompok dengan spektrum perbedaan yang sangat luas, mulai dari pemimpin kelompok Islamis, sampai komunis, pemimpin-pemimpin dari kelompok yang mengikuti liberalisme Barat sampai yang menuntut rujukan kepada tradisionalisme Indonesia, pemimpin-pemimpin dari semua agama besar yang ada di dunia, berkumpul dan harus berembug di antara mereka untuk mencapai suatu kesepakatan yang bisa menjadi dasar bagi semua orang yang berbeda-beda di Indonesia ini untuk hidup bersama sebagai satu bangsa dan para pemimpin itu berhasil mengunduh nilai-nilai yang paling mulia dari setiap latar belakang agama kepercayaan dan keyakinan mereka termasuk latar belakang ideologi mereka, nilai-nilai yang paling mulia untuk diterima bersama.

Sehingga lahirlah Pancasila, sehingga lahirlah UUD 1945 dengan pembukaannya yang mencita-citakan peradaban yang lebih mulia bagi masa depan umat manusia.

Ini adalah contoh bahwa sebesar apapun perbedaan di antara kita kesepakatan bersama selalu mungkin. Marilah dengan semangat yang kita lihat dan kita lihat sudah merupakan semangat bersama di antara kita semua ini kita lanjutkan dengan diskusi yang jujur, diskusi yang terus terang tidak perlu ada yang kita khawatirkan, karena kita ada di sini untuk menerima dan memaklumi perbedaan. Kita tidak akan saling menyalahkan, tidak perlu saling merendahkan, kita tahu sejak awal bahwa kita datang dalam keadaan berbeda-beda.

Mungkin anda juga suka

Mari kita akui perbedaan kita, mari kita akui masalah-masalah yang selama ini telah menimpa kita bersama agar kita mampu melihat jalan keluar yang tepat, jalan keluar yang valid yang dapat menolong kita semua dan Insya Allah akan menolong seluruh umat manusia.

Bapak ibu sekalin yang saya hormati,

Sekali lagi selamat datang, selamat berdiskusi, kita adalah umat yang beriman, kita percaya kepada Tuhan, kita percaya Rahmat dan Berkat dari Tuhan semoga Tuhan senantiasa membimbing kita, melindungi kita dan mengarahkan kita kepada upaya-upaya yang bermanfaat untuk umat manusia.

*Pidato Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dalam pembukaan Plenary Session 1 di Forum Religon of Twenty (R20)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button