Ide

Wali Songo dan Kerangka Kerja Intelektual

GUSYAHYA.ID – Alhamdulillah Sunan Giri itu adalah faqihul auliya’. Beliau ini adalah ahli fiqih di antara Wali Songo, artinya di antara Wali Songo yang memang punya otoritas akademis mengenai syariat itu adalah Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin).

Itulah sebabnya, dan karena beliau ini adalah pemegang otoritas dalam syariat dengan kapasitas akademik, sekali lagi dengan kapasitas akademik yang beliau miliki tentang syariat itu. Maka beliau ini menjadi rujukan dari para wali yang lain untuk mendapatkan kerangka syariat yang legitimate, bagi berbagai macam gagasan yang diinisiasi oleh para wali tersebut, termasuk wayang.

Misalnya Sunan Kalijaga punya gagasan untuk mengembangkan seni wayang. Seperti yang kita kenal sekarang ini. Wayang itu disebut juga ringgit. Ringgit itu ada jarwo dosok-nya, ringgit ya kayak kerikil, yang artinya “keri ning sikil” misalnya. 

Nah ringgit itu itu artinya Sunan Giri sing nganggit, Sunan Giri yang membuat, kenapa? karena ketika Sunan Kalijaga menggagas wayang, beliau kemudian berkonsultasi dengan Sunan Giri tentang bagaimana membuat wayang yang tidak melanggar syariat. Karena diketahui bahwa kita punya syariat yang membatasi penggambaran makhluk hidup. 

Baca Juga Koherensi dan Kesiapsiagaan

Karena Sunan Giri adalah otoritas fiqih, wayang dikonsultasikan kepada Sunan Giri dan Sunan Giri lah yang kemudian mendesain bentuk wayang itu sedemikian rupa. Yang membangkitkan imajinasi tentang orang, tapi bukan orang, sehingga tidak bisa diharamkan. Karena di dalam jumlah literatur fiqih menggambar makhluk hidup secara utuh itu tidak diperbolehkan.

Maka Sunan Giri lah yang kemudian mendesain wayang supaya tidak sampai melanggar syariat atau melanggar apa yang menjadi ketentuan di dalam rujukan-rujukan fiqih. Jadinya seperti wayang sekarang, kita tahu wayang jelas bukan gambar manusia tapi membangkitkan imajinasi tentang manusia.

Melihat pola yang sama dari inisiasi peradaban sepanjang sejarah. Sebetulnya kalau dipikir, Sunan Kalijaga itu ketika menggagas wayang sebagai media dakwah, beliau bisa saja langsung mengeksekusi gagasan itu dengan imajinasi apapun yang beliau miliki tanpa harus repot-repot mencari kerangka fiqih untuk gagasan tentang wayang itu. 

Namun, Sunan Kalijaga memerlukan, mementingkan diri untuk berkonsultasi dengan Sunan Giri mengenai hal ini. Karena para wali pada waktu itu (Wali Songo) memang punya kesadaran bahwa yang sedang mereka perjuangkan bersama itu adalah inisiasi suatu peradaban baru di Nusantara itu. 

Baca Juga Konsolidasi Organisasi, Pandu Membangun Ekosistem yang Padu

Kerangka Intelektual

Di dalam pola bangkitnya satu peradaban sepanjang sejarah di mana saja, yaitu zaman Macedonia, Babilonia, Romawi kuno, sampai pada masa-masa peradaban Islam kita selalu melihat pola bahwa peradaban itu dibangun di atas sebuah pondasi. 

Yang salah satu komponennya adalah kerangka kerja intelektual atau intellectual framework selalu ada di masa lalu. Biasanya intellectual framework itu dikaitkan atau diberi label dengan nuansa-nuansa agama. Kerangka intelektual itu lalu dilabeli sebagai praktis agama. Walaupun mungkin sebetulnya belum secara komprehensif dinyatakan sebagai sistem nilai yang membentuk agama, tetapi dalam praktik berfungsi seperti agama.

Kita melihat itu sejak zaman Yunani kuno sampai dengan, saya kira, masa ketika kita melihat sejarah Doho, Kediri, Majapahit, kemudian Demak,  Mataram. Kita melihat pola yang sama ada intellectual framework yang dijadikan bagian dari pondasi peradaban yang sudah dibangun. Itu sebabnya kita kenal tokoh-tokoh seperti Jayabaya, kita kenal tokoh seperti Empu Tantular di sini. 

Di era Dinasti Abbasiyah, khususnya pada zaman Khalifah Al-Makmun upaya untuk membangun konstruksi intelektual dilakukan melalui proyek besar-besaran dengan impor atau internalisasi warisan intelektual dari zaman Yunani Kuno, hingga Abbasiyah tumbuh sebagai peradaban yang sangat maju secara ilmu pengetahuan dan bahkan teknologi. Ini selalu kita temukan di dalam sejarah bangkitnya peradaban-peradaban di seluruh dunia. 

Baca Juga Mandat Tebuireng

Pada tahun 2000-an, waktu itu saya menjadi salah satu orang terkuat di Indonesia karena waktu itu saya itu jadi ponakannya temannya presiden sekaligus temannya ponakannya presiden dan saya menjadi juru bicara presiden Kiai Abdurrahman Wahid. 

Pada waktu itu saya ikut mendampingi presiden menerima Direktur Utama Pertamina. Waktu itu saya lupa namanya beliau, dan presiden terima laporan dari Direktur Utama Pertamina itu bahwa telah ditemukan ladang minyak baru di Bojonegoro yang kandungannya disebutkan sekian miliar dan kapasitas untuk eksploitasinya kalau digenjot sampai penuh bisa sampai 300.000 barel per hari. Itu yang saya ingat dari laporan Direktur Utama Pertamina waktu itu, dan sekarang apa yang waktu itu masih berupa laporan, sekarang sudah direalisasikan.

Tadi Pak Mensesneg menyebutkan bahwa APBD Bojonegoro ini lebih dari 8 triliun. Jadi Bojonegoro itu sudah nggak mikir nyari duit tinggal, mikir caranya belanja. Gimana caranya menghabiskan uang 8 triliun itu. Maka, ini Masyaallah, di satu sisi panjenengan semua orang-orang Bojonegoro ini memiliki kapasitas yang luar biasa besar dengan kekayaan yang ada di Bojonegoro ini. 

Tetapi di sisi lain, Bojonegoro menghadapi tantangan yang luar biasa penting untuk menentukan bagaimana rancang bangun Bojonegoro di masa depan. Dengan modal, dengan kapital yang dimiliki sekarang ini, Bojonegoro ini mau jadi apa nantinya. Ini tanggung jawab yang luar biasa. Nah maka saya bisa katakan bahwa Bojonegoro ini sebetulnya sedang menghadapi tantangan untuk membangun peradabannya di masa depan.

Baca Juga Jalan Keluar Bagi Palestina

Nah sebagaimana pola dari bangkitnya suatu peradaban seperti yang saya singgung tadi, maka Bojonegoro memerlukan satu pusat intelektual yang bisa menyediakan kerangka intelektual bagi desain peradaban masa depan Bojonegoro itu sendiri. 

UNUGIRI dan Lanskap Bojonegoro

Alhamdulillah sekarang kita punya Universitas NU Sunan Giri yang tadi sudah diceritakan Pak Saifudin capaiannya sudah luar biasa. Dan lebih-lebih lagi, terus ketiban Mensesneg. Dapat rejeki  ini UNUGIRI Alhamdulillah.  

Yang saya bilang tadi ini rektor yang frustasi tapi lalu jadi Mensesneg. Ya saya tahu betul beliau ini punya banyak gagasan, punya banyak mimpi tentang pengembangan perguruan tinggi. Dan ketika menjadi rektor, beliau menghadapi macam-macam kesulitan sehingga makin pusing sendiri. 

Kemudian sesudah menjadi menteri, beliau berburu universitas-universitas yang bisa diotak-atik sendiri. Alhamdulillah, di Jogja beliau meminta kepada saya untuk  mengambil UNU Jogja. Saya bilang ya sudah pokoknya saya terima jadi aja terserah mau sampeyan apakan. Alhamdulillah sekarang sudah hampir jadi. 

Baca Juga NU Harus Berada Di Atas Negara

Maka saya bilang sama Pak Saifudin tadi, sampean nggak usah ikut mikir, karena beliau sebetulnya punya banyak gagasan tentang bagaimana membangun perguruan tinggi modern. Dan itu akan sangat bermanfaat bagi masyarakat kalau ada wahana mewujudkan. 

Alhamdulillah selama ini, sejak tahun 2019 Pak Pratikno sudah terlibat untuk pengembangan UNUGIRI, cuma ya saya kok teringat Bojonegoro baru tahun 2019 itu karena keasikan di Jogja.

Satu hal yang orang-orang juga nggak tahu. Pak Pratikno itu NU sejak kapan? Belum lama tahu kalau beliau sebetulnya orang NU. Beliau ini sudah jadi pengurus PWNU Jogja sudah lama, sudah tahun berapa menduduki kursi pengurus PWNU Jogja, sekarang baru tahu kalau ternyata orang NU

Alhamdulillah. Tentu saja PBNU menitipkan harapan-harapan besar kepada Universitas NU Sunan Giri ini. Bukan saja untuk pengembangan lembaga institusi UNUGIRI saja, tapi juga untuk kepentingan masa depan Bojonegoro secara keseluruhan. Apalagi kalau nanti ya setelah di samping ngotak-atik UNUGIRI, Bojonegoro diotak-atik sekalian supaya klop. Nah itu malah luar biasa. Saya kira nanti impact-nya akan meluas ke seluruh wilayah Jawa Timur.

Mudah-mudahan, momentum-momentum begini ini tidak bisa dicari. Kadang-kadang ya muncul begitu saja, momentum macam-macam ada, momentum pengembangan Bojonegoro seperti ini momentum Nusantara baru. Itu memang ada yang ini kalau sudah datang ya jangan dilewatkan supaya bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baik sekarang ini ada momentum di Bojonegoro ini.

Nah mari kita gunakan momentum ini sebaik-baiknya untuk pengembangan UNUGIRI ini untuk pengembangan Bojonegoro. Yang pasti kalau berhasil impact-nya akan sangat luas. Bukan hanya bagi kawasan Jawa Timur ini saja, tapi juga untuk seluruh Indonesia Insya Allah Amin. 

Saya ucapkan selamat kepada Pak Jauhar Maarif sebagai rektor yang baru dilantik. Mudah-mudahan bisa melaksanakan tugas dengan bai. Sampean pasti harus kemeringat nanti ngikutin Pak Pratikno ini. Ya karena permintaannya banyak jadi harus siap-siap jungkir balik juga supaya semua peluang yang ada ini tidak lewat sia-sia.

*Pidato KH Yahya Cholil Staquf memberikan pidato arahan Pelantikan Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (UNUGIRI) Bojonegoro, Rabu 21 Agustus 2024.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button