Koherensi dan Kesiapsiagaan
Koherensi itu tamassuk, satu sama lain di antara kita ini harus mutamasik satu sama lain, harus saling tersambung, harus bergandeng satu sama lain, bergerak bersama dalam koordinasi, dalam komando bersama tidak boleh berjalan sendiri-sendiri.
GUSYAHYA.ID – Alhamdulillah ini adalah kesekian kalinya saya bukan hanya hadir tetapi juga menjadi instruktur dan fasilitator dari Pelatihan Kader Nasional (PKN) dan Kursus Banser Pimpinan (Susbanpim) sejak pertama kali dihidupkan kembali pada tahun 2011. Lagu “Ya Lal Wathon” itu melodinya dikerjakan bersama oleh para peserta PKN ke-3 di Ciwidey, Bandung. Alhamdulillah barokah, sekarang menjadi semacam lagu resmi di berbagai kegiatan NU, bahkan dinyanyikan juga di gereja-gereja, Masya Allah.
Saya ingat Gus Syafiq, Kasatkornas ikut Susbanpim I di Cilangkap Al Hamid. Nah ini rata-rata wajah-wajahnya ini dimulai dari kebanyakan dari PKM ke-4 Kediri dan seterusnya, alhamdulillah. Biasanya tiap kali mengisi PKN, saya biasanya membutuhkan rata-rata 3 sesi sampai 6 jam. Tapi karena sekarang saya Ketua Umum PBNU, jadi saya minta diskon agak banyak.
Sahabat-sahabat sekalian yang saya hormati, saya ingin mengingatkan sebagai awalan dari PKN dan Susbanpim ini, beberapa hal mendasar.
Pertama, bahwa Nahdlatul Ulama ini didirikan karena agama, dengan niat agama, dengan tujuan agama, bukan yang lain.
Para muassis Nahdlatul Ulama mendirikan jam’iyah ini tidak punya ghirah apapun di dalam hati-jiwa mereka selain berharap libtigho’i mardhotillah, mendapatkan ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Segala gagasan yang melatarbelakangi didirikannya jam’iyah Nahdlatul Ulama yang kemudian dibangun, dikembangkan dalam kerangka jam’iyah Nahdlatul Ulama adalah gagasan-gagasan dalam kerangka agama, bukan yang lain.
Baca Juga Konsolidasi Organisasi, Pandu Membangun Ekosistem yang Padu
Maka, sahabat-sahabat sekalian, tidak boleh kita melakukan apapun dalam kerangka organisasi kecuali dengan tujuan agama. Apapun itu! Apakah itu kegiatan-kegiatan dari seremonial ataukah kegiatan-kegiatan pelatihan seperti yang kita lakukan saat ini, semuanya, harus dengan niat dan tujuan agama, tidak boleh yang lain!
Maka saya ingin ingatkan kepada sahabat-sahabat yang akan jadi peserta PKN dan Susbanpim ini, kalau punya tujuan punya niat selain agama silahkan pulang sekarang juga! Bukan hanya karena itu tidak boleh tapi nanti siapapun yang punya niat, punya tujuan selain agama ini akan menanggung akibat yang tidak kecil nantinya. Apabila mengikuti, melakukan apapun dalam kerangka jam’iyah ini tidak dengan niat dan tujuan agama.
Hal ini penting saya ingatkan di awal, bukan karena sahabat-sahabat belum tahu, saya yakin sahabat-sahabat sudah tahu tentang hal ini. Saya ingatkan untuk menyegarkan kembali semangat kita, lebih-lebih di dalam dinamika yang kita lihat belakangan ini.
Ketika Nahdlatul Ulama ini tampak semakin besar, ketika Gerakan Pemuda Ansor tampak semakin digdaya sehingga keikut-sertaan, keterlibatan di dalam jam’iyah Nahdlatul Ulama, di dalam keseluruhan bagian strukturnya, Banom-banom seperti GP Ansor, Muslimat, Fatayat dan lain-lain. Kelihatan di depan semua orang memiliki potensi menyediakan peluang-peluang masa depan.
Baca Juga Mandat Tebuireng
Saya sejak jadi Ketua Umum PBNU ini, terlalu sering saya dilapori ada orang yang ngrasani menunggu saya menjadi Calon Wakil Presiden atau Calon Presiden. Karena sudah berkali-kali Ketua Umum PBNU menjadi Calon Presiden atau Calon Wakil Presiden dan sudah pernah berhasil. Walaupun saya bolak-balik mengatakan bahwa saya tidak! tidak akan! tidak sekarang! tidak nanti! tidak kapanpun juga! saya tidak akan menjadi calon untuk jabatan-jabatan pemerintahan!
Tapi beberapa orang masih saja (menawari). Bahkan ada yang sengaja membujuk-bujuk supaya saya mau. Tapi sekali lagi tidak akan. Ini semua alami karena melihat NU berkembang semakin besar, baik ukurannya, pengaruhnya maupun performancenya, maupun penampilan kinerjanya.
Begitu juga Gerakan Pemuda Ansor ini, saya tahu setelah Sahabat Addin Jauharudin terpilih sebagai ketua umum ini, banyak kalangan yang melamar ingin menjadi bagian dari Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor. Sehingga tidak sedikit, ada lah yang belum sempat PKN sudah minta jadi pengurus itu sudah ada. Makanya sekarang dipaksa ikut PKN sebagian pengurus-pengurus yang belum ikut PKN. Karena belum apa-apa sudah melihat bahwa di dalam Gerakan Pemuda Ansor sudah ada prospek.
Nah maka saya harus ingatkan kepada sahabat-sahabat sekalian, bukan soal prospek-prospek itu yang harus kita pikirkan. Tidak boleh memikirkan niat atau tujuan apapun dalam keterlibatan kita berjam’iyah di dalam Nahdlatul Ulama dan seluruh organnya termasuk GP Ansor ini selain untuk niat dan tujuan agama. Tidak boleh yang lain!
Baca Juga Tetaplah dalam Disiplin Barisan
Kalau sampai terjadi, wal iyadhu billah, mudah-mudahan jangan sampai terjadi. Karena saya sudah menyaksikan, bukan satu-dua akibat yang ditanggung oleh mereka yang mendekat atau bahkan masuk ke dalam lingkungan jam’iyah untuk bisa mengklaim sebagai bagian dari jam’iyah ini tapi tidak dengan niat dan tujuan agama.
Kalau hanya risiko dunia itu masih bisa ditanggungkan, tapi wal iyadhu billah kalau resikonya sampai kepada risiko akhirat, wal iyadhu billah tsummal iyadhu billah.
Kedua, Gerakan Pemuda Ansor ini didirikan sebagai wahana konsolidasi santri. Tahun 1934 ketika Gerakan Pemuda Ansor ini didirikan, ini organisasi tempatnya santri-santri. Santri-santri itu adalah murid-muridnya kiai, pengikut-pengikutnya kiai, khodim-khodimnya kiai; itu Gerakan Pemuda Ansor. Maka santri harus terus menjadi jati diri dari Gerakan Pemuda Ansor. Tidak boleh mengambil karakter selain dari idealisasi karakter santri.
Santri bisa berkembang menjadi apapun, bisa menempati kedudukan apapun, bisa berperan sebagai apapun di manapun. Tetapi seorang santri di dalam jati dirinya tidak akan pernah berubah sebagai orang-orang yang mengabdi kepada agama, mengabdi kepada ilmu, mengabdi kepada masyarakat; ini santri. Sedangkan arena perjuangan bisa macam-macam.
Baca Juga GP Ansor Adalah Ototnya Nahdlatul Ulama
Tadi Sahabat Timbul Pasaribu menyebut tiga jenis ikan, katanya ini dari ketua umum. Kayaknya emang ketua umum kalian ini senang metafora. Ada lele, koi, arwana. Menurut saya bukannya nggak boleh jadi lele. nggak apa-apa.. nggak apa-apa.. Ada jenisnya sendiri-sendiri. Bukannya nggak boleh jadi koi, yang bisa jadi koi ya boleh aja, buat pajangan bagus juga. Tidak semua boleh jadi Arwana dan jangan dibatasi cuma tiga macam ekor ikan masih banyak ikan-ikan lainnya.
Mana kita tahu bahwa di antara kader-kader ansor ini bisa menjadi kader yang laksana ikan paus yang, kehadirannya tidak pernah mungkin dilewatkan oleh siapapun, yang kemanapun bergerak menjadi tempat berlindung dari ikan-ikan lainnya. Dan ikan paus Itu makanannya plankton-plankton, plankton itu renik-renik di lautan. Ikan paus itu ngga doyan makan sesama ikan itu nggak doyan. Maka, wal iyadhu billah, jangan ada lah yang jadi ikan hiu yang doyan makan temannya sendiri. Mudah-mudahan jangan sampai.
Sahabat-sahabat sekalian yang saya hormati dunia masa depan sudah semakin kelihatan menunggu dan mengharap peran yang lebih besar, lebih kuat, lebih positif dari Gerakan Pemuda Ansor ini bersama dengan jam’iyah Nahdlatul Ulama mari kita sambut harapan-harapan itu dengan upaya yang sungguh-sungguh di dalam satu gerak bersama.
Berkali-kali dalam berbagai macam kesempatan, selalu saya tekankan pentingnya koherensi. Koherensi itu tamassuk, satu sama lain di antara kita ini harus mutamassik satu sama lain, harus saling tersambung, harus bergandeng satu sama lain, bergerak bersama dalam koordinasi, dalam komando bersama tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Dan dalam keadaan apapun kita harus siap membuat langkah apapun yang diperlukan. Terkadang ada satu kebutuhan yang begitu fundamental tapi banyak orang mungkin tidak mudah memahami. Tetapi karena kebutuhan itu fundamental maka dibutuhkan satu manuver yang cukup besar. Jangan dikira bahwa manuver-manuver keorganisasian yang kita lakukan ini tidak ada gunanya, semuanya diambil, diputuskan untuk suatu kepentingan yang memang nyata.
Baca Juga Anak-Anak Peradaban
Maka, lebih-lebih Sahabat-sahabat Ansor dan Banser, yang tempo hari, saya sebut sebagai ototnya Nahdlatul Ulama, ya memang sahabat-sahabat sekalian diharapkan untuk siap setiap saat! Siap bergerak setiap saat! Dan benar seperti dikatakan ketua umum tadi, tidak boleh cepat capek. Paling tidak capeknya jangan duluin saya. Kalau sampai saya belum capek Ansor-nya sudah capek, bisa celaka karena Ansor ini adalah ototnya Nahdlatul Ulama dalam berbagai macam maknanya.
Maka sahabat-sahabat sekalian pada kesempatan ini saya ucapkan selamat melaksanakan Pelatihan Kader Nasional dan Kursus Banser Pimpinan di Pondok Pesantren Darul Mughni yang kita lihat telah tumbuh sebagai satu amal yang mubarok dari muasisnya.
Setelah mendapat cerita tentang bagaimana pondok pesantren ini pada awalnya dirintis hingga sampai sekarang hampir 25 tahun menjadi seperti ini, bagi saya adalah tanda-tanda bahwa pondok pesantren ini memang di dalamnya terdapat berkah yang besar. Mudah-mudahan pilihan Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor untuk menyelenggarakan pelatihan dan kursus di sini mendapat tularan berkah dari pondok pesantren ini, Insya Allah. Amin.
Sekali lagi, saya ucapkan selamat semoga maksud-maksud baik kita dalam menyelenggarakan kegiatan ini tercapai dan kita senantiasa di dalam perlindungan bimbingan dan pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
*Disampaikan dalam Pembukaan Pendidikan Kader Nasional (PKN) IX dan Kursus Banser Pimpinan (Susbanpim) PP GP Ansor di Pondok Pesantren Darul Mughni Al Maliki, 27 Agustus 2024.