Anak-Anak Peradaban
GUSYAHYA.ID – Peradaban adalah keseluruhan budaya, kreasi dan peri hidup masyarakat. Peradaban pasti mewadahi keragaman.
Semakin beraneka keragamannya, semakin besar peradabannya, asalkan masyarakat yang bersangkutan menghidupi keragaman itu dalam kedamaian.
Walaupun mengandung keragaman, tiap peradaban punya konstruksi yang khas dan unik berdasarkan elemen-elemen utama yang menyusun sendi-sendinya.
Yang diklaim sebagai peradaban Islam adalah peradaban yang sendi-sendi utamanya dapat dinisbatkan kepada Islam.
Dalam hal ini, ukurannya bukanlah ortodoksi, bukan keabsahan mazhab, bukan batas sunnah dan bid’ah, bukan otoritas fatwa. Ukurannya adalah “Nuansa Islam”, yakni segala kreasi yang mendapatkan inspirasinya dari Islam.
Baca Juga
Abu Nas Muhammad ibn Muhammad Al Farabi adalah filsuf besar yang oleh dunia filsafat disaluti sebagai “Guru Kedua” setelah Aristoteles. Seorang ahli manthiq, kosmologi, dan musik.
Muridnya, Abu Ali al-Husayn ibn ‘Abd Allah ibn Al-Hasan ibn Ali ibn Sina, Bapak Kedokteran Dunia. Karya-karya besasrnya meliputi bidang-bidang ilmu pengetahuan yang menyamudera; filsafat, astronomi, kimia, geologi, psikologi, ilmu kalam, manthiq, matematika, fisika dan sastra.
Keduanya adalah tokoh-tokoh kebanggaan Islam dari zaman keemasan peradabannya di Timur Tengah. Setiap muslim pasti mendaku mereka sebagai putra-putra terbaik Islam yang pernah ada dalam Sejarah. Dan tak terima kalau ada yang bilang mereka bukan tokoh Islam.
Tapi secara kategoris mereka bukan Ahlussunnah Wal Jama’ah menurut definisi yang mu’tabar. Mereka itu neo-platonis. Aqidah mereka bertentangan dengan Mazhab Asy’ari maupun Maturidi.
Baca Juga Menjawab Stigma Ihwal Kemelaratan NU
Seandainya Al Farabi hidup hari ini dan membuka pesantren di Sampang, Madura, pesantrennya akan dibakar orang. Kalau Ibnu Sina buka Majlis Taklim di Cikesik, boleh jadi akan dipukuli sampai mati!
Sebagaimana risalah Kanjeng Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam, risalah peradaban, ulama dan wali-wali Nusantara berjuang membangun peradaban.
Perjuangan mereka telah membuahkan apa yang secara kategoris dapat kita sebut sebagai Peradaban Islam Nusantara.
Boleh dikata, masyarakat Nusantara memasuki era modern sebagai Peradaban Islam Nusantara.
Peradaban Islam Nusantara itu memuat sarwa ragam, dan dalam dinamika pergulatan sejarahnya terus-menerus melahirkan ragam tak henti-hentinya.
Baca Juga
Sebagaimana Syaikh Muhammad Nawawi Al Bantani, Syaikh Mahfudh At Tarmasie dan Syaikh Ihsan Al Jampesi adalah anak-anak Peradaban Islam Nusantara, begitu pula Ki Ronggowarsito, Ki Ageng Suryomentaraman dan Kyai Samin.
Sebagaimana Kaasyifatus Sajaa, Al Badrul Muniir dan Siroojut Thalibin adalah buah-buah Peradaban Islam Nusantara, begitu pula Serat Kalatida, Kawruh Begja dan ajaran Samin.
Sebagaimana Kyai Abdul Wahid Hasyim, Kyai Mas Mansoer, dan Meester Mohammad Natsir adalah anak-anak Peradaban Islam Nusantara, begitu pula Soekarno, Alimin dan Tan Malaka.
Sebagaimana Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah dan Masyumi adalah kekayaan Peradaban Islam Nusantara, begitu pula, PNI, PKI dan Murba!
Kata Gus Dur, sejarah adalah peristiwa-peristiwa membuang dan menyimpan. Maka peradaban adalah gudang-gudang hartanya.