NU dan Asta Cita

Asta Cita merupakan rumusan tentang bagaimana pemerintahan ini akan menghadirkan kemaslahatan bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
GUSYAHYA.ID – Kami menyambut tawaran dari detik.com untuk menggelar kegiatan ini. Meski latar belakang pemikiran di balik usulan ini belum sepenuhnya kami pahami, kami menangkapnya sebagai sesuatu yang fundamental bagi Nahdlatul Ulama (NU). Hal ini terkait dengan keputusan NU untuk menempatkan diri sebagai penyanggah yang berkontribusi bagi keberhasilan agenda pemerintah, khususnya dalam menghadirkan kemaslahatan bagi masyarakat di tingkat basis.
NU dan Netralitas Politik
Sejak Muktamar ke-27 di Situbondo (1985), NU telah menegaskan diri sebagai jamiyah diniyah ijtimaiyah (organisasi keagamaan dan sosial). Oleh karena itu, NU tidak boleh terlibat sebagai entitas kolektif dalam kompetisi kekuasaan politik. Ini adalah prinsip fundamental yang harus dipegang teguh.
NU telah berkembang menjadi lingkungan budaya yang sangat luas. Survei mutakhir menunjukkan bahwa lebih dari separuh populasi Indonesia adalah NU. Namun, lingkungan budaya sebesar ini tidak boleh dibiarkan menjadi identitas politik. Contoh dari negara lain, seperti India, menunjukkan bahwa konsolidasi identitas budaya atau agama sebagai kekuatan politik dapat berbahaya bagi stabilitas bangsa dan negara.
Baca Juga Konsolidasi, Membangun Koherensi Organisasi
NU memiliki nilai dasar untuk mengabdi, melayani, dan berbakti kepada masyarakat. Organisasi ini lahir dari keinginan untuk menghadirkan kemaslahatan bagi rakyat. Oleh karena itu, siapa pun yang bekerja untuk kemaslahatan rakyat, termasuk pemerintah, harus didukung oleh NU.
Setiap pemerintahan, siapapun pemimpinnya, pasti membangun agenda untuk kemaslahatan rakyat. Tugas NU adalah menyediakan diri untuk membantu dan mendukung upaya-upaya tersebut agar agenda-agenda tersebut berhasil mencapai tujuannya. Dengan cara ini, kehadiran NU menjadi benar-benar berarti bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
Asta Cita dan Kontribusi NU
Secara formal, tanggung jawab atas kesejahteraan umum, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi berada di tangan pemerintah. NU tidak memiliki tanggung jawab langsung dalam hal-hal tersebut. Namun, sebagai organisasi yang didirikan dengan janji untuk berkhidmah kepada agama, masyarakat, bangsa, dan negara, NU ingin berkontribusi sebagai bentuk pengabdian dan tambahan pahala.
Baca Juga Reimajinasi Pesantren
Gagasan untuk mendiskusikan Asta Cita, visi pemerintahan Prabowo-Gibran, menjadi penting bagi NU. Asta Cita merupakan rumusan tentang bagaimana pemerintahan ini akan menghadirkan kemaslahatan bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Sebagai organisasi yang netral secara politik, NU tidak perlu mencari alternatif visi. Tugas NU adalah berkontribusi dalam mewujudkan visi tersebut.
Penting bagi para pengampu NU untuk memahami Asta Cita dengan baik agar dapat menentukan langkah-langkah konkret yang dapat diambil. Semoga ikhtiar ini diterima sebagai bagian dari keberkahan para pendiri NU, dan kita semua dapat meraih keberkahan sejati, baik di dunia maupun di akhirat.
*Disampaikan dalam Sarasehan Ulama Asta Cita dalam Perspektif Ulama di Hotel Sultan, Senayan Jakarta pada 4 Februari 2025.