Ide

NU Sesudah Ini (V): Agenda-Agenda

GUSYAHYA.ID – Konstruksi organisasi terbentuk melalui proses pergulatan bersama (engagement) yang berketerusan dalam pola yang ajeg, mencerminkan arah (orientasi) dan tata cara (moda). Arah dibimbing oleh—pertama-tama—agenda dan cita-cita. Dalam hal ini, adalah cita-cita peradaban yang diidamkan atau diterima sebagai ilham ilahi oleh para muassis (pendiri) NU.

Jelas bahwa cita-cita peradaban adalah titik yang jauh di masa depan. Jalan ke arahnya harus melewati dinamika sejarah yang panjang, kompleks, dan pasti tidak linier. Sepanjang jalan, di setiap persimpangan, kesetiaan pada cita-cita dan pemahaman yang utuh terhadap konteks realitas menjadi penentu keputusan.

Untuk itu, yang pertama-tama dibutuhkan adalah kendaraan yang tangguh. Sebagaimana senantiasa terjadi dalam sejarah umat manusia, para pionir peradaban, sejak Romus-Romulus, Iskandar Dzulqarnain, Dawud bin Yasa, Kanjeng Nabi Muhammad bin Abdillah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Wiajaya bin Dyah Lembuh Tal dan seterusnya, mengawali pergulatan dengan membangun sistem sosial politik, yakni negara. Itulah kendaraan untuk mengarungi perjuangan peradaban.

Baca Juga Ide Gus Yahya Terbaru

Maka, membangun, menjaga dan merawat negara pun merupakan prasyarat eksistensial, seperti makan dan minum untuk bertahan hidup. Kalau negara runtuh, perjuangan peradaban mati.

Selebihnya, membangun peradaban adalah membangun manusia, memperbaiki kualitas lahir-batinnya dan memuliakan akhlaknya.

Dari waktu ke waktu, di tengah konteks realitas yang terus-menerus berubah, landasan-landasan nalar di atas mengerangkai persepsi tentang kepentingan. Kepentingan menuntut pemenuhan. Upaya memenuhi tuntutan kepentingan itulah agenda.

Karena manusia menjadi subjek dan objek dari perjuangan peradaban, maka keseluruhan prosesnya adalah pergulatan bersama manusia. Yang punya agenda menyangkut manusia akan bergulat bersama (engaging with) manusia.

Barang siapa tidak melakukan pergulatan bersama (engagement with) manusia, berarti tidak punya agenda. Tak punya agenda berarti tak punya eksistensi. Tidak ada. Tidak relevan. Wujuuduhu ka ‘adamihi, ada dan tiadanya sama saja.

Baca Juga NU Sesudah Ini (IV): Transformasi Desain Organisasi

Apakah NU relevan atau tidak, tergantung pergulatannya bersama manusia, dalam konteks komunitas, negara dan pergaulan antar-bangsa. NU yang relevan adalah NU yang mampu menghadirkan khidmah yang dibutuhkan, yaitu keajegan mempersembahkan maslahat-maslahat yang nyata-nyata dirasakan.

Dengan demikian, tata cara (moda) berorganisasi yang dibutuhkan adalah yang memapankan pergulatan bersama secara lumintu dan menjamin dihasilkannya maslahat-maslahat nyata.

Dengan moda itu agenda-agenda besar dijabarkan menjadi pekerjaan-pekerjaan yang didistribusikan sedemikian rupa sehingga tidak ada kepingan organisasi yang menganggur.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button