Ide

Momentum Bhineka Tunggal Ika

GUSYAHYA.ID – Ini gambar plakat hadiah dari Duta Besar Kerajaan Bahrain untuk Amerika Serikat yang baru saya terima tadi malam (waktu Washington, DC)(16/07/22). Di bagian atas itu ada gambar tangan menyangga kitab terbuka dengan simbol agama-agama di atasnya, sedangkan di bawahnya tertulis:

“Markaz Al Malik Hamad Al ‘Alami lit Ta’ayusy as Silmi” (tulisan Arab)

“King Hamad Global Center For Peaceful Coexistence”

Segera seusai Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama, 2015, saya menjaja-jajakan proposal agenda internasional untuk menghadirkan Indonesia dalam kancah global, dengan merek Islam membawa tawaran solusi atas konflik yang marak di mana-mana.

Pihak-pihak yang memegang kekuatan, sumberdaya-sumberdaya dan kekuasaan, baik di dalam maupun di luar lingkungan NU, tidak tertarik. Proposal tidak laku.

Walaupun malas sekali —dasar memang dari sononya pemalas— terpaksa rancangan-rancangan dalam proposal itu saya jalankan sendiri secara “thimik-thimik” dengan sumberdaya “incrat-incrit” dari belas kasihan sana-sini.

Siapa nyana, begitu menemukan akses kepada platform internasional, agenda ini disambut oleh Dunia secara “nggragas” sekali. Macam-macam pihak mengejar-ngejar untuk bergabung, memaksa saya “midar-mider” sampai menderita.

Baca Juga Membenci NU

Pada satu titik, saya sowan kepada Kyai Maimoen Zubair untuk tabarruk. Seperti biasanya, saya tidak “matur” apa-apa, tidak nanya, tidak minta, hanya mendengarkan saja apa pun yang beliau wejangkan. Diantara pesan beliau:

“Yang penting kita ini memberi contoh kepada Dunia, yaitu teladan kehidupan Bhineka Tunggal Ika”.

Pada 13 September 2017, Raja Hamad bin Isa Al Khalifa, Penguasa Kerajaan Bahrain, meluncurkan suatu lembaga kerajaan dengan nama seperti tertulis di plakat ini. Sekarang Bahrain ingin mengajak Nahdlatul Ulama jalan bareng untuk agenda-agenda Perdamaian Dunia.

Plakat dari Keduataan Besar Kerajaan Bahrain untuk Amerika Serikat. Doc: Yahya Cholil Staquf

Memang “titis” wawasan Mbah Maimoen.

Ini adalah momentum Bhineka Tunggal Ika. Siapa yang punya klaim atas merek ini melebihi kita? Kalau Indonesia ogah memanfaatkan momentum ini dan lebih memilih jadi warga Dunia yang biasa-biasa saja ketimbang kebanyakan kerjaan dan tambah pusing, masa iya orang-orang biasa kayak kita ini tidak mau juga maju ke depan?

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button