Ide

Rahmah

GUSYAHYA.ID – Masalah keadilan itu bukan hanya soal hak untuk menuntut, tapi juga kesediaan untuk memberi. Sekuat apa pun tuntutan keadilan, bila tak ada yang bersedia memberi, keadilan tidak akan menjadi kenyataan.

Maka rahmah adalah koentji. Ia adalah sikap mengasihi dengan kehendak untuk memberi. Untuk berbagi. Untuk mengambil tanggung jawab atas kepedihan pihak lain.

Tuntutan akan keadilan yang terbit dari selain rahmah hanyalah raungan amarah dan ungkapan nafsu balas dendam.

Tanpa “kasih sayang”, mana mungkin ada kemauan untuk memberikan kesentosaan kepada selain diri sendiri?

Rahmah bukan soal perasaan. Bukan soal kepentingan. Bahkan bukan soal alasan apa pun yang masuk akal pada saat engkau memikirkannya.

Rahmah adalah pilihan, kalau kita mau memilihnya. Bisa saja engkau dalam keadaan marah, sedih, nestapa, tapi kau tetap memilih rahmah.

Baca Juga Diplomasi Ketawa: Note Taker Bingung

Selayaknya Kanjeng Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menyikapi kelakuan orang-orang Thaif. Seperti Gus Dur terhadap mereka yang melengserkannya. Seperti sikapmu saat anak bayimu mengencingimu.

Bisa saja engkau sedang menggenggam kekuasaan di tanganmu dan mampu berbuat apa pun sekehendakmu, tapi kau tetap memilih rahmah. Sama dengan Sayyidina Umar Ibnul Khattab Radliyallaahu ‘anhu terhadap kaum Ahli Kitab di Yerusalem.

Sama akan Fir’aun mengadopsi Musa. Seperti Premkant Baghel di India menyambung nyawa untuk menyelamatkan tetangga-tetangga Muslimnya saat rumah meeka dibakar oleh massa Hindhu yang seagama dengannya.

Selayaknya engkau merelakan cuilan tempe untuk anakmu dan puas dengan hanya menutul garam untuk nasimu sendiri.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button